![]() |
sumber: zamrikpi.com |
Teori
use and gratifications sering kali disebut dengan teori penggunaan dan
pemenuhan kebutuhan kepuasan. Dimana teori komunikasi ini mengemukakan bahwa
pemirsa atau khalayak sebagai penentu pemilihan media atau saluran. Sedangkan teori
use and gratifications menurut blumer dan Elihu Katz dan Michael Gurevitch
(Griffin, 2003) mengatakan bahwa penggunaan media memainkan peran aktif untuk
memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain penggunaan media
tersebut adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi serta
berorientasi pada tujuannya dalam media yang ddigunakannya.
Teori
ini mengesampingkan kemungkinan bahwa media lah yang menentukan apa yang di
tonton oleh pemirsa atau khalayak. Seperti contoh, ketika muncul kasus Ahok
mengenai penistaan agama pada waktu lalu. Secara serempak semua salutan
televisi akan menayangkan kasus Ahok tersebut. Dan mau tidak mau pemirsa atau
khalayak akan menonton dan menikmati kasus tersebut, dan pemirsayang akan
menilai. Padahal menurut teori Use and Gratification pemirsa atau khalayak lah
yang memilih saliran atau media bukan media yang menentukan apa yang ditonton
pemirsa.
Seperti
contoh lagi, banyak tayangan music di saluran televisi Indonesia yang
menggunakan host’nya artis terkenal dengan guyonan yang terkadang sampai
berlebihan. Beberapa acara music tersebut contohnya acara Dahsyat di RCTI,
INBOX di SCTV dan Pesbukers di ANTV. Secara tidak langsung pemirsa mau tidak
mau ketika membutuhkan acara music ya pilihannya harus menonton acara acara
tersebut tanpa pilihan lain.
Selain
acara musik yang begitu begitu saja, acara televisi Indonesia juga banyak
sekali yang tayangannya tidak berbobot sama sekali. Seperti sinetron yang mengajari
hal-hal yang tidak baik untuk anak. Acara di televise Indonesia hanyaitu itu
saja. Jarang sekali ada tayangan yang berbobot yang berudukasi yang bermanfaat.
Acara televise Indonesia hanya di isi dengan acara yang hiburan yang tidak
berbobot. Dan setiap harinya khlayak diterpa dengan tayangan itu itu saja. Hal
tersebut sangat melenceng sekali terhadap teori Use And Gratification. Media
Indonesia hanya mengejar profit semata tanpa memperhatikan kebutuhan khalayak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar