Selasa, 25 Juli 2017

MAKALAH IMC: INTEGRATED MARKETTING COMMUNICATION DAN PENYUSUNAN INTEGRATED MARKETTING COMMUNICATION

MAKALAH
INTEGRATED MARKETTING COMMUNICATION DAN PENYUSUNAN INTEGRATED MARKETTING COMMUNICATION


Dosen Pengampu:
Dewi Quraisyn M.Si.
Disusun oleh :
Rifki Hasbur Rahman             (140531100084)
Shofiyah                                  (140531100094)
Anis Miswoni                          (140531100099)
Mukti Wibowo                        (140531100104)
Siti Zainiyah                            (140531100116)
Yoga Mahdi Nugraha             (140531100123)

PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan penulis dalam mengerjakan Makalah “Intergrated Marketing Communication dan Proses Penyusunan IMC”. Sholawat dan salam kami hadiahkan kepada sang penuntun umat islam dari zaman pra aksara menjadi zaman aksara.
kami sangat berterimakasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang turut andil dalam memberi masukan dan kritik atas kekurangan makalah ini. Namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kemajuan makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalh ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh Karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Bangkalan, 30 september 2016


Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1980-an, semakin dirasakan kebutuhan akan alat-alat promosi yang terintegrasi. Perusahaan mulai bergerak ke proses Integrated Marketting Communication yang melibatkan berbagai elemen promosi dan aktivitas marketing lainnya dalam komunikasi dengan customer dan meminta agency periklanan mereka untuk bertindak agency periklanan tradisional. IMC merupakan jembatan bagi perusahaan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam sebuah pemasaran, IMC berperan penting untuk mempromosikan sebuiah produk yang akan di pasarkan, dan untuk menarik dan memperoleh pelanggan yang banyak. Sebuah perusahaan tentunya ingin yang terbaik dalam membuat produk dan mendapat citra yang baik dalam masyarakat agar banyak yang berminat membeli produknya yang di tawarkan untuk customer. Mempromosikan sebuah produk yang dilakukan perusahaan, berguna untuk menarik pelanggan yang nantinya akan dapat menyebarluaskan produknya kepada cuntomer yang banyak.
IMC disini merupakan sebuah alat untuk mencapai sebuah kesejahteraan bagi perusahaan terdapat beberapa cara-cara di dalamnya dalam mencapai kesuksesan dalam pemasaran, dan menawarkan produknya dapat memuaskan dan sesuai dengan yang di inginkan pelanggan. Disini IMC membentuk konsep yang begitu pas dalam mempromosikan sebuah produk nantinya. Jika suatu perusahaan sudah mengusai strategi dan taktik dalam IMC kemungkinan besar perusahaan-perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan customer yang banyak.
Setiap perusahaan pasti ingin yang terbaik dari produk yang di buat, dan mempromosikannya. Perusahaan mengonsep sedemikian rupa dalam menawarkan produknya untuk customer, dan merekapun nantinya akan membeli produk yang di tawarkan, serta menjadi pelanggan tetap bagi perusahaan tertentu. Mencari keuntungan dan kepercayaan dari custumer, merupakan tujuan dari perusahaan dengan berbagai system pemasaran, agar perusahaan tetap berjalan dan semakin berkembang. Memenuhi apa yang di butuhkan oleh customer, marupakan salah satu keharusan bagi sebuah perusahaan, karena dengan begitu mereka akan mendapatkan jumlah customer yang di targetkan bahkan lebih dari target dalam beberapa bulan dan tahun. Pelayan yang memuaskan bagi customer dan menomersatukan mereka yang sudah menjadi pelanggan tersebut dapat meningkatkan minat costumer.
Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan tidak dapat berubah dari traditional marketing ke integrated marketing. Walaupun penelitian menunjukkan bahwa manajemen puncak dan marketing executive di perusahaan besar mengindikasikan bahwa lebih dari 70% menyukai konsep IMC yang ditawarkan oleh agen periklanan, namun kebanyakan dari mereka tidak membeli layanan IMC. Bab ini kami akan membahas tentang apa itu IMC dan beberapa cara penyusunan IMC.
B.     Rumusan Masalah
Apa itu IMC ?
Bagaimana proses penyusunan IMC?
C.     Tujuan
Mengetahui dan memahami IMC
Mengetahui dan memahami konsep penyusunan IMC



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Integreted Marketing Communcation (IMC)
IMC (Integrated Marketing Communication) adalah sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi—misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.
Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.” Sedangkan secara spesifik, IMC dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan customer dan stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara strategis semua pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan dialog dengan maksud tertentu kepada mereka.”
Integrated Marketing Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina hubungan dengan customer. Apa yang membedakan IMC dengan proses customer-centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang sirkuler.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan menyokong brand relationship. Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk membangun dan memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.
Semakin banyaknya istilah IMC yang dipakai oleh para praktisi dan pakar pendidikan, namun tidak ada istilah yang benar-benar disetujui tentang apakah IMC itu? Tapi ada dua ide pokok mengenai IMC:
1. Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice. Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan berbeda-beda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen-elemen yang berbeda tersebut
2. Komunikasi yang berintegrasi. Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.
FILOSOFI IMC DALAM PERSPEKTIF PEMASARAN DAN KOMUNIKASI
1.      Perspektif Komunikasi.
Lagi, seperti yang sudah diuraikan diatas, fondasi yang penting dari IMC merupakan komunikasi—pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti halnya kita berkomunikasi dengan teman, kita secara sadar ataupun tidak, menggunakan kata-kata, aksi, gerak tubuh, bahkan mimik muka tertentu. Ketika kita berkomunikasi dengan ortu atau guru, mungkin strategi komunikasi kita akan cenderung serius. Tetapi jika kita berkomunikasi dengan sahabat, pesan yang disampaikan mungkin akan lebih fleksibel, dan bahkan terkesan konyol. Tetapi, walaupun kita mengirimkan berbagai jenis pesan kepada berbagai jenis orang, semua isi pesan yang datang dari kita mempunyai konsistensi yang membuat penerimanya tahu bahwa pesan ini datang dari kita, bukan dari orang lain. Dalam IMC pun, konsistensi juga diperlukan agar brand image dapat menancap kuat dalam benak konsumen.
Dalam prakteknya, IMC tidak jauh berbeda dengan hubungan personal. Memilih suatu brand, sama halnya dengan memilih teman. Kita mempunyai banyak pilihan yang harus dipertimbangkan. Terkadang kita lebih memilih berteman dengan orang yang biasa-biasa saja tapi pengertian dibandingkan dengan orang yang populer tapi egois, bukan? Sama halnya IMC dari perspektif komunikasi, kadang pilihan kita terhadap suatu brand tergantung dari apa yang dikomunikasikannya kepada kita. Misalnya: kita memilih bank X karena tagline-nya yang berbunyi “melayani dengan senyum” disertai dengan pelayanan dari teller-nya yang benar-benar ramah dan dengan senyuman. Bahkan menurut penelitian dari customer yang meninggalkan brand tertentu, 70 persen-nya mengatakan bahwa alasan mereka meninggalkan brand itu bukan karena produk/jasanya yang kurang memuaskan, tetapi dikarenakan bagaimana cara mereka memperlakukan customer kurang memuaskan.
2.      Perspektif Pemasaran
Untuk mengerti IMC, kita harus memahami pengertian dasar dari pemasaran, karena fungsi-fungsi IMC sendiri berada dibawah payung pemasaran. Seperti halnya pemasaran, IMC sendiri merupakan konsep sekaligus proses. Dalam konsepnya, IMC menciptakan customer dan brand equity; sedangkan dalam prosesnya me-manage hubungan jangka panjang dengan customer.
Dalam IMC, kita memadukan fungsi-fungsi pemasaran seperti advertising, personal selling, sales promotion, PR, dsb. guna menciptakan dan memelihara suatu brand relationships. Untuk menciptakan suatu brand relationships yang baik, maka diperlukan penciptaan brand message yang baik pula. Sekali lagi, untuk menciptakan brand message yang baik itu, maka fungsi-fungsi pemasaran harus berjalan terpadu dan tidak saling kontradiksi. Misalnya: ketika kita mengiklankan produk parfum untuk kalangan wanita elit, maka pengemasan parfumnya harus dibuat dengan kesan mewah juga. Nah, ketika brand relationship terpelihara dengan baik, maka dengan sendirinya customer akan memilih brand kita, dan akan meningkatkan penjualan serta meraih untung kelak. Secara otomatis, dengan IMC itulah, maka tujuan dari pemasaran, yakni supaya customer mengenal dan mau membeli produk kita, telah tercapai.
Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Dwi Sapta dalam membangun dan mengembangkan strategi komunikasi yang terintegrasi (Integrated Marketing Communication : IMC). Secara sederhana digambarkan dalam bentuk bagan seperti terlihat dibawah ini.
Secara sederhana model tersebut tersusun dari 3 lingkaran (circle) yang kami sebut sebagai discovery circle (lingkaran kiri), intent circle (lingkaran tengah) dan strategi circle (lingkaran kanan). Lingkaran dikiri disebut discovery circle Karena lingkaran ini memuat element element yang diarahkan untuk mengxplorasi lingkungan external (pasar, konsumen, pesaing) maupun lingkungan internal (didalam produk/merk) dalam rangka menemukan insight-insight untuk pengembangan merk.
Lingkaran ditengah disebut intent circle Karena disini kita akan menemukan masalah (problem) dan keuntungan (advantage) yang muncul setelah kita melakukan analisa terhadap lingkungan external maupun internal. Berdasarkan identifikasi masalah dan peluang inilah kita menentukan tujuan dan arah (intent) dari pengembangan komunikasi pemasaran yang akan kita lakukan terhadap sebuah merk.
Sementara lingkaran disebelah kanan kami sebut sebagai strategi circle Karena lingkaran ini berisi langkah-langkah penyusunan strategi dan taktik merk dalam memenangkan persaingan pasar. Sete;lah tujuan adan arah pengembangan merk doirumuskan, maka penyusunan strategi, taktik dan progam dilakukan untuk bisa merealisasikan tujuan dan arah terebut. Setelah dirumuskan, strategi, taktik dan progam ini akan dieksekusi di lapangan dan akan dievaluasai secara terus-menerus sampai tujuan yang hendak dicapai dapat diwujudkan.
Elemen the practices berisi praktik-praktik sebagai agensi IMC dalam menjalankan prinsip-prinsip. Praktik-praktik pewnyusunan strategi berikut eksekusinya dilapangan kami mewujudkan dalam bentuk kasus-kasus menarik dari klien-klien yang kami tangani selama ini. Dengan mengambil kasus-kasus riil seperti ini kami berharap prinsip-prinsip penyusunan strategi.
B.     Proses Penyusunan Integrated Marketing Comunication
1.      Insight Discovery
Proses pertama dalam penyusunan strategi komunikasi terintregasi (integrated marketing communication, IMC) adalah mengeksplorasi berbagai kondisi lingkungan bisnis. Tujuanya adalah menemukan ide-ide berharga (insight discovery) untuk pengembangan komunikasi merk. Eksplorasi kondisi ini mencakup berbagai aspek yaitu analisis terhadap pasar (market review), analisis pesaing (competitor review), analisis konsumen (consumer review), dan analisis mereknya sendiri (brand review).
Pengaruh lingkungan bisnis dalam pengenmbangan strategi komunikasi merk tak bisa dihindarkan mengingat aktivitas merk dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung oleh perubahan-perubahan yang terjadi didalma lingkungan bisnisnya. Pengaruh ini bisa berupa pengaruh positif (peluang,opportunity) maupun pengaruh negative (ancaman,threat). Dua jenis pengaruh ini harus bisa dideteksi dan dianalisis implikasinya terhadap merk, sehingga perumusan strategi komunikasi yang dijalankan bisa elbih efektif dan terarah.
Misalnya, minuman vegeta dari Enesis Group, cermat mendeteksi trend prilaku konsumen yang makin peduli pada kesehatan dan Kemudian meluncurkan extension minuman berserat yang memberikan solusi bagin konsumen peduli kesehatan tersebut. Artinya vegeta mampu mencermati perubahan lingkungan bisnis sebagai sebuah peluan untuk memeneangkan persaingan di pasar. Kini vegeta terus Mengikuti perubahan kebutuhan konsumennya dengan meluncurkan vegeta herbal untuk konsumen yang ingin back to nature dengan mengonsumsi produk berbasis herbal sejalan dengan tren konsumen yang semakin :“health conscious”.

2.      Market Review
Disini proses analisis di awali dengan market review,  yaitu analisis terhadap kondisi pasar yang mencakup analisis terhadap berbagai aspek trend dan perubahan di pasar mulai dari trend ekonomi dan industri , perkembangan teknologi, berbagai regulasi yang memengaruhi merek ,perubahan sosial-politik-budaya hingga isu-isu lingkungan.
            Tinjauan lingkungan bisnis dimulai dengan melakukan analisis ekonomi makro macroeconomic analysis). Berbagai indikator ekonomi ditinjau untuk mendapatkan gambaran profil kondisi ekonomi di tingkat nasional/ lokal seperti pertumbuhan ekonomi tingkat inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, kondisi pasar saham, employment,perdagangan luar negeri (ekspor-impor), consumer confidence, dan sebagainya. Semua ini akan menentukan prospek perekonomian dan pasar dimana produk/brand  bersaing.
Analisis juga dilakukan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang ekonomi (moneter/fiskal) yang berpengaruh kepada perekonomian baik disisi permintaan (demand) maupun penawaran (suplay). Kebijakan pemerintah menangkut suku bunga perbankan, kebijakan bea-masuk impor, kebijakan perdagangan keluar negeri, paket kebijakan deregulasi, atau ketentuan mengenai perpajakan misalnya, akan secara langsung dirasakan oleh perusahaan yang beroperasi dipasar.
Disamping itu, secara umum perlu dilihat pengaruh perubahan ekonomi makro ditingkat global yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada perekonomian nasional. Krisis ekonomi di Amerika misalnya, dampaknya bisa secara langsung dirasakan oleh produk garmen di Bandung dalam ukuran jam atau hari atau oleh produk impor dari Ameriaka. Begitu juga, bencana radiasi nuklir di Jepang menjadikan produk-produk impor dari Jepang terkendala. Ini tentu berpengaruh terhadap produsen local maupun produsen lain di luar Jepang.
Sementara, analisis terhadap lingkungan social budaya (social-cultural analysis) diperlukan untuk mengidentifikasi perkembangan social-budaya masyarakat yang umumnya berjalan secara evalutif dalam jangka panjang. Marketer perlu melakukan tinjauan terhadap norma-norma social-budaya yang di anut masyarakat dan berbagai perubahan yang terjadi. Perubahan nila-nilai dan perilaku social-masyarakat ini umumnya berdampak secara langsung pada perilaku konsumen dalam membeli atau mengosumsi produk.
Contohnya, adalah pandangan sebagian masyarakat kita yang melihat gaya hidup barat sebagai sesuatu yang “glamour”. Karena itu mereka mengekspresikan diri dengan menggunakan symbol-simbol barat. Latar belakang social-budaya inilah yang kemudian membentuk perilaku unik dimana saat mereka ke McDonald’s atau KFC, mereka bukan sekedar untuk makan mengisi perut yang kosong, tetapi juga untuk nongkrong dan menunjukkan identitas diri mereka didepan orang lain. Latar belakang social-budaya ini berbeda untuk suatu daerah dan kelompok etnik tertentu, sehingga kajian yang mendalam untuk mengetahuinya merupakan hal nyang penting dalam komunikasi pemasaran.
Analisis terakhir terkait dengan market review adalah analisiss teknologi (technological analysis). Tak bisa dipungkiri perubaha teknologi punya dampak sighnifikan terhadpa industri. Contoh di industri periklanan, lahirnya teknologi baru, yaitu media social , membawa dampak yang sangat besar Karena mengubah secara mendasar pola komunikasi brand ke konsumen dari pola komunikasi vertical (one-way,one-to-many) ke horizontal (two-way,many-to-many).
Dampak pengaruh teknologi ini mencakup dampak perubahan disisi konsumen, sisi produsen (pemain), peta persaingan, maupun struktur dan perilaku pasar. Kemunculan teknologi seluler misalnya, telah memicu lahirnya perilaku dan gaya hidup baru yang lebih mobile, baik dalam berkomunikasi, berinternet, menikamti hiburan, berbelanja dan sebagainya. Kemunculoan Blackberry Messenger (BBM) telah merubah perilaku konsumen kita dalam berkomunikasi dari “one to one” ke “many to many” (grup). Perubahan teknmologi juga telah merontokkan daya saing perusahaan-perusahaan top seperti Nokia atau Sony yang begitu hebat dimasalalui tapi kini melemah Karena lahirnya teknologi yang lebih baru.

Selanjutnya kita juga harus melakukan analisis lingkungan politik (political analisis) mencakup tinjauan terhadap perkembangan politik yang diwarnai oleh aktivitas dan konflik antar pelaku politik seperti pemerintah, DPR, dan wakil Rakyak, partai, lembaga negara, kelompok-kelompok kepentingan (interest group), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dll. Disamping itu kebijakan-kebijakan politik pemerintah perlu secara khusus ditinjau Karena dampaknya yang cukup luas dan signifikan terhadapa aktivitas bisnis.
Celakanya, kebijakan ekonomi dan politik pemerintah seringkali terkait erat sehingga tidak biasa dianalisis secara terpisah. Tentu saja tinjauan tersebut dilakukan dengan focus m,elihat berbagai implikasi-baik implikasi baik (peluang) maupun buruk (ancaman)-yang ditimbulkannya terhadap produk/brand.
Disamping itu juga perlu dilihat analisis lingkungan regulasi (regulatory analysis) terutama yang terkait dengan operasi langsung perusahaan didalam industry. Dibeberapa industry tertentu seperti telekomunikasi, perbankan, obat, atau rokok, cengkeraman pengaruh regulasi pemerintah ini sangat kuat, sehingga analisis regulasi ini merupakan elemen penting untuk memenangkan persaingan didalam industri.
3.      Competitor Review
Setelah market review yang bersifat makro dilakukan, selanjutnya kita harus melakukan analisis pesaing (Competitor review) untuk memahami kondisi, strategi , dan gerak langkah pesaing yang bakal kita hadapi dalam pertempuran di pasar. Pemahaman terhadap kondisi, starategi , dan gerak-langkah pesaing ini penting, Karena akan memengaruhi daya saing merek di pasar. Sehebat apapun sebuah merk akan tak begitu berarti jiak pesaing memiliki keunggulan yang lebih tinggi.
Berbagai pendekatan digunakan dalam melakukan analisis pesaing. Pertama, yang paling banyak digunakan adalah membandingkan keuatan dan daya saing pemain didalam industry atau sering disebut competitor benchmarking. Melalui analisis ini kita membandingkan beberapa pemain menurut atribut (competitive atributes) tertentu misalnya berdasarkan priduct benefit dan value propotion, segmentasi pasar, brand positioning pendekatan komunikasi (above the line/below the line), brand personality, character, pesan komunikasi, tome & manner komunikasinya, celebrity endorser, dan sebagainya.
Pendekatan lain adalah analisis peaing yang dialakukan dari perspektif atau kacamata konsumen. Melalui pendekatan ini kita memberikan posisi atau kinerja pesaing menurut pandangan atau persepsi konsumen (customer point of view). Beberapa tools riset seperti perceptual mapping digunakan untuk mengetahui positioning merk terhadap kelompok atribut produk tertentu yang penting menurut konsumen. Melalui analisis ini kita akan mengetahui bagaimana positioning berbagai pesaing dipasar, sehingga kita bisa menentukan arah strategi komunikasai yang hendak dikembangkan dengan mengacu pada positioning kita maupun pesaing dipasar.
Contoh lain analisis pesaing adalah dengan menggunakan satisfaction-importance matrix. Dengan tools ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepentingan (importance level) beberapa competitive attributes tertentu dimata konsumen, dan bagaimana tingkat kepuasan (satisfaction level) dari masing-masing atribut tersebut. Karena analisis tersebut juga mampu melakukan analisis perbandingan dengan para pesaing. Dengan analisis ini kita juga akan menemukan competitive attributes mana saja yang kita lemah dan mana yang kuat, sehingga dari situ kita menemukan perbaikan-perbaikan (area of improvement) yang harus dilakukan.
4.      Consumer review
Disamping melakukan market review dan competitor review,  kita juga harus melakukan consumer review untuk dapat memahami karakteristik konsumen yang akan menjadi target audience. Konsumen merupakan element paling strategis dari suatu merk, Karena konsumen merupakan sumber pendapatanya. Karena itu, pengetahuan terhadap nilai nilai, cara berpikir, dari perilaku konsumen merupakan element penting bagi terwujudnya strategi komunikasi yang baik (factor cognitive, affegtive, dan behavioral). Komunikasi pemasaran yang baik selalu bersumber dari insight-insight yang datang dari konsumen.
Untuk bisa memotret konsumen secara holistic, kita harus mengksplorasi 3 aspek karakteristik konsumen yaitu : head, heart, and hand (3H). head adalah karakteristik konsumen yang mengacu pada pengetahuan (knowledge) konsumen yang secara komulatif membentuk keyakinan (belief) konsumen terhadap suatu merek. Heart adalah karakteristik konsumen yang mengacu pada persaan (feeling) konsumen terhap produk/merek. Sementara hand mengacu pada perilaku (behaviour) konsumen yaitu intensi (intention) untuk melakukan sesuatu terhadap produk/merek. Head, heart, and hand pada akhirnya kan membentuk sikAP (attitude) konsumen terhadap produk. Secara umum prsosenya diawali derngan pemahaman dan pengentahuan konsumen yang secara kumulatif kan membangun keyakinan terhadap suatu produk (yaitu; head). Keyakinan tersebut akan memicu munculnya perasaan (kesukaan, kecintaan, hubungan emosional dan sebagainya). Si konsumen terhadap produk (yaitu : heart). Perasaan konsuimen inilah yang pada akhirnya akan membentuk perilaku dan intensi konsumen tersebut. Untuk membeli atau mengonsumsi produk (yaitu : hand). Jadi, secara umum secara prosesnya adalah head-heart-hand walaupun dalam praktiknya urutan itu bisa bertukar.
Heart analysis memerlukan data dan informasi yang mencerminkan pengetahuan (dan persepsi) konsumen mengenai suatu produk/merek. Pengetahuan ini antara lain mencakup : brand awareness, brand association, brand image, brand identity, perceiver quality, pengetahuan mengenai product benefit dan product value propotion, pengetahuan mengenai pesan-pesan komunikasi yang sudah disampaikan, dan sebagainya.
Heart analysis memerlukan data dan informasi yang mencerminkan perasaan konsumen terhadap suatu produk/merek. Perasaan konsumen anatar lain mencakup; kepuasan (customer satisfaction), loyalitas, (customer loyalty), prefensi (customer preference), ekspresi diri (self expression) yang dikaitkan dengan identitas merek, motivasi (customer motivation) dalam memilih suatu produk.merek tertentu dsb. Hand analysis memerlukan data dan informasi yang mencerminkan perilaku konsumen terhadap suatu produk/merek. Perilaku konsumen ini antara lain mencakup; kebiasaan konsumen (customer habbit), pola pemakaian produk (product usage), pola konsumsi media (media habbit), pola perilaku belanja (curcace behaviour), pola pencarian informasi produk (information search) dsb.
Untuk dapat memahami karakteristik audience yang hendak ditarget, kita juga harus memahami konsumen secara demografis (gender, usia, profesi, pengeluaran, pendidikan, dsb) psikografis (nilai-nilaai yang dianut gaya hidup, dsb), behavior (kebiasaan, pola pembelian, dan pemakaian, poal konsumsi media, dsb), teknografis (pola adopsi teknologi baru, resistensi terhadap teknologi baru, dsb) dan sosiografis (perilaku bersosialisai dan berkomunitas). Berdasarakan pemahaman tersebut kita bisa menyusun pendekatan segmentasi yang tepat dan menetapkan target audience yang hendak kita sasar.
5.      Brand Review
Market review, competitor review dan consumer review merupakan kajian dan analisis yang kita lakukan diluar produk (lingkungan eksternal), sedangkan brand review kita lakukan untuk memahami produk/merek itu sendiri (lingkungan internal). Dalam brand review ini kita menganalisis elemen-elemen penting dari kondisi internal merek yang akan mempengaruhi strategi, taktik, dan program komunikasi yang hendak dijalankan. Seperti halnya medical check-up, brand review ini dilakukan untuk mengetahui kondisi “kesehatan” merek sehingga akan diketahui kelemahan dan kekuatannya sebelum dirancang lebih lanjut.
Analisis lingkungan internal (brand review) dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kelemahan (weakness) dan kekuatan (strenght) dari produk. Dengan mengetahui ancaman dan peluang disuatu sisi (eksternal), serta kekuatan dan kelemahan disisi lain (internal), kita akan mendapatkan tinjauan yang menyeluruh menegnai arah yang hendak dituju produk atau merek tersebut.
Berikut aspek penting yang hendak kita tinjau dalam melakukan brand review :
Tinjauan portfolio merk (brand portfolio audit) dilakukan untuk melihat apakah perkembangan merk yang dilakukan masih sesuai dengan konsep arsitektur merk (brand architecture) yang ditetapakan. Tinjauan ini penting untuk mengetahui apakah antar merk didalam portofolio masih saling m,endukung dan menguatkan atau sebaliknya, saling melemahkan dan merongrong. Dari siosni dapat dilihat apakah pengembangan merk perlu seperti plan extension atau brand extension.
Seluruh merk yang ada dalam portofolio merupakan sebuah “orkestra” yang menghasilkan nyanyian merdu dan selaras, dimana setiap merk memiliki posisi dan perannya masing-masing. Dengan posisi dan peran yang berbeda tersebut mereka bharus bekerja bersama-sama untuk menghasilkan kesatuan merk yang sinergis dan saling mendukung. Mengacu ke konsep David Aaker (2004), portofolio merk itu ditinjau menurut berbagai dimensi portofolio yaitu : relevansi (relevance), diferensiasi (differentiation),  sinergi (synergy), Energi (energy), dan daya ungkit merk (leverage).
            Selanjutnya dalah tinjauan segmentasi-targeting (segmentation-targeting audit) yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah pendekatan segmentasi yang saat ini di ambil masih relevan. Perilaku konsumen terus berubah dengan cepat. Akibatnya, pendekatan segmentasi dan pemilihan target audiens bisa jadi juga akan mengalami perubahan. Untuk itu, consumer review terutama analisis profil konsumen (nilai-nilai gaya hidup, dan sebagainya). Seperti telah diuraikan diatas perlu dilakukan untuk memehami dinamika perubahan konsumen ini. Perlu diingat bahwa pendekatan segmentasi dan pemilihan target market ini merupakan poroses yang sangat penting Karena menjadi dasar pengembangan startegi pada proses berikutnya. Begitu pemilihan target audiens keliru, penyusunan strategi pada proses-proses berikutnya dengan sendirinya akan keliru.
            Tinjauan positioning merk (positioning audit) dilakukan untuk mendapatakan gambaran apakah positioning yang diambil saat ini masih relevan dengan adanya dinamika dan perubahan pasar yang terjadi. Positioning merupakan konsep merk yang sangat strategis, sehingga seharusnya tidak banyak berubah dalam kurun waktu yang lama. Namun, perubahan pasr saat ini berlangsung begitu cepat dan turbulen sehingga kita tak bisa Menjamin bahwa positioning tersebut kekal tidak berubah. Misalnya, drnga adanya perubahan teknologi seperti Blackberry, Nokia kini dihadapkan pada pilihan pelik untuk mengubah positioning-nya agar bisa tetap relevan di pasar.
            Tinjauan nilai yang ditawarkan produk (value proposition audit) dilakukan untuk mengetahui kekuatan merk dari aspek value yang ditawarkan konsumen. Value proposition diutinjaun dari sisi fungsi (functional value) dan sisi emosional (emotional value). Dengan mengetahui value proposition merk ini, kita akan mengetahui point of differentiation-nya dengan membandingkannya dengan value proposition pesaing. Pemahaman yang benar mengenai value proposition juga memungkinkan kita bisa lebih tajam dalam menentukan arah komunikasi produk/merk.
            Disamping itu, dalam Brand review ini tinjauan dan analisis seluruh taktik dan progam komunikasi pemasaran (tactic and progam audit) haruslah dilakukan untuk mengetahui implementasi, efektifitas, dan dampaknya pada pembentukan ekuitas merk. Disini beberapa elemen komunikasi pemasaran pentimgakan dikaji, seperti: pesan komunikasi (message), customer contac point, pendekatan komunikasi pemasaran yang digunakan media yang digunakan (iklan, PR, komunitas, sponsorship, CSR, dan sebagainya), integrasi antar pendekatan komunuikasi pemasran yang dilakukan, intensitas komunikasinya, dan tentu saja efektifitas dari berbagai pendekatan komunikasi yang dilakukan tersebut.
           
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dengan melakukan market review, competitor review, consumer review, dan brand review, kita akan memiliki tinjauan dan pemahaman yang komperehensif terhadap produk/merk yang akan kita rancang strateginya. Disatu sisi kita akan tahu berbagai kondisi eksternal yang melingkupinya (peluang/ancaman), sementara disisi lain kita juga tahu persoalan internal yang dihadapi produk (kekuatan/kelemahan). Dengan tinjauan yang lengkap ini kita akan bisa lebih tajam dalam mengarahkan dengan merumuskan strategic intent dari brand tersebut. Dalam uraian berikutnya kami akan mengeksplorasi strategic intent yang merupakan elemen terpenting dalam mengarahkan produk/merk dipasar.



A.      Adji Watono dan Maya C. Watono. Integrited Marketing Communication that Sells. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar